Nasir Djamil: Ada "Penumpang Gelap" Pegang "Remote Control" Indonesia

Pada hari Kartini, anggota DPR-RI asal Aceh dari Fraksi PKS M. Nasir Djamil, S. Ag., M.Si. mengunjungi konstituen di Kabupaten Pidie dalam acara "Sosialisasi dan Diskusi Empat Pilar MPR-RI", sekaligus menyambut milad PKS ke 18.

Hari Kartini Fraksi PKS Nasir Djamil di Kabupaten Pidie hadiri acara Sosialisasi Empat Pilar MPR-RI dan milad PKS ke 18
M. Nasir Djamil, S. Ag., M.Si

canindonesia.com Sigli - Bertepatan dengan peringatan hari Kartini pada Kamis (21/4), anggota DPR-RI asal Aceh dari Fraksi PKS M. Nasir Djamil, S. Ag., M.Si. mengunjungi konstituennya di Kabupaten Pidie dalam suatu agenda bertajuk "Sosialisasi dan Diskusi Empat Pilar MPR-RI". Agenda tersebut juga beriringan dengan rangkaian kegiatan menyambut milad PKS ke 18.

Acara yang berlangsung mulai pukul 14.30 di Aula Hotel Riza Sigli tersebut diikuti sebanyak 200 tokoh dan simpatisan PKS serta masyarakat di Kabupaten Pidie. Dandim 0102 Pidie Letkol Inf. Usik
Samwa Parana dalam pidato pembukaannya menyampaikan bahwa Pidie adalah daerah dengan segudang tokoh yang sukses di dalam daerah maupun yang berjaya di luar.

Selain itu, menurutnya, Pidie sangat strategis dari segi letak geografis yakni sangat dekat terhubung dengan pusat ibukota provinsi Banda Aceh, sehingga membuka kesempatan daerah ini maju dari segala hal.

Dalam kesempatan itu ia sempat memuji prestasi Nasir Djamil.

"Bapak Nasir Djamil ini tokoh Pidie yang telah sukses sebagai tokoh nasional," ucapnya bangga.

Dalam sosialisasi empat pilar MPR-RI, Bang Nasir, panggilan akrabnya, menyampaikan panjang lebar menyangkut Pancasila, UUD NKRI 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika yang merupakan empat pilar MPR-RI.

Selain itu ia juga mengupas tentang sistem proporsional terbuka dalam undang-undang pemilu Indonesia. Menurutnya, sistem tersebut telah mendorong politik yang berbiaya tinggi. Artinya sistem ini mendorong kandidat berkompetisi dengan cara mengandalkan iklan dan publikasi dibanding dengan kerja-kerja nyata.

"Sehingga yang terjadi adalah banyak partai politik yang merekrut artis, pelawak untuk masuk ke dalam gedung parlemen, karena popularitas mereka hebat, selain juga dananya banyak. Sehingga orang-orang baik kadang tersingkir, yang popular berjaya. Kini kita sedang mencari solusi terbaik agar biaya politik rendah sehingga dapat meminimalisasi tindak korupsi," sindirnya.

Di akhir paparan, Nasir mengkhawatirkan kondisi hukum dan perpolitikan di Indonesia.

"Kita seperti berputar-putar dalam dimensi ruang dan waktu yang tidak tahu arah jalan keluar. Apalagi banyak sekali ‘penumpang gelap' yang bahkan mungkin sedang memegang ‘remote
control' negeri ini," ujarnya dengan nada serius. (Muchlisan Putra/CI)

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget