Inilah Surat Surat Amin Rais


canindonesia.com - (kisah) Amin rais, penderita kanker tulang stadium akhir yang wafat pada 6 Juni lalu di RSUZA meninggalkan kisah yang mengharukan bagi pembaca. Ia wafat setelah berjuang lama melawan penyakitnya. Dibalik derita itu, ia juga merindukan kasih sayang ibunya yang belasan tahun tidak mendampinginya, bahkan menolak mendampingi saat ia sakit.

Sebagaimana dikisahkan oleh Ratna Eliza, seorang voluntir bagi penderita kanker, C Four Banda Aceh.  Amir Rais ternyata meninggalkan beberapa surat dan curahan hati terkait kondisi dan kesedihannya. Ia menulis dengan bahasa sastra dan dipenuhi harapan-harapan untuk kesembuhannya. Saat ia menulis curhatan ini ia terbaring bersama teman-teman penderita kanker lainnya di rumah singgah itu. Kondisi amin rais yang baru saja diamputasi kakinya membuat ia semakin sepi.

Berikut adalah sebagian surat-suratnya yang ia buat ada tanggal 17-12-2016 beberapa waktu setelah dirawat dan tinggal di rumah singgah C Four Banda Aceh.

Oh tuhan q berikanlah q kekuatan untuk melawan penyakit q ini, supaya kelak q kan meraih bintang yang telah hilang dari mata q, ya Allah semoga doa2 q bisa menjadi obat pada diri q yang sedang kau beri cobaan ini.

Diantara surga dan nerakamu, kini aku hanya menunggu. Diantara penuh kasih sayang mu dan oenuh kekuasaanmu
Diantar banyaknya bintang-bintang yang lengkap menghiasa langit yang biru
Dan bulan yang terang menyinari bumi betapa indahnya dipandang mata yang membawa inspirasi yang indah,  tetapi antara itu ada juga kesedihan yang aku rasakan namun mungkin ini jalan yang telah engkau berikan.” tulisnya.

Ia melanjutkan,
Disaat aku berbaring di tempat tidur disaat itu aku selalu menahan sakitnya penyakitku. Terkadang q terbangun dari nyenyknya tidurku yang sedang bermimpi yang indah. Andaikan malam yang tanpa bintang-bintang, andaikan siang tanpa matahari badan q ini hanya bisa menrima penyakit yang telah ada . oh badan q kapankah sehatmu, seandainya dirimu tak sakit tak tau kelak apa yang terjadi padamu

Kondisi Amin Rais semakin memburuk, kanker yang menyerang kakinya telah menyebar ke kepala, mata dan parunya, lalu ia menulis lagi :

Diantara penyakit yang telah turun pada q mungkin ini adalah rahmat bagi q yang telah engkau berikan kepada q.
Dan diantara sehat q mungkin q lalai dan mungkin diantara penyakitku ini q menyadri bahwa setiap manusia pastkan ada skitnya, ada yang parah adapula yang tidak parah. Malam-malam yang penuh bintang kini lenyap di mata q. dulunya oenuh bintang-bintang yang indah bulan yang cntik di opadang mata kini telah hilang satu persatu
Amin Rais buta, meski begitu, kerinduan kepada ibunya tak pernah mampu terobati. Saat wafat pada tanggal 6 Juni lalu, mata butanya itu masih mengalirkan air bening kerinduan dan kesedihan.

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget