jasmev |
"Mereka bukan hanya menjadi buzzer marketing untuk tujuan politik namun juga menjadi tim counter lawan politik dengan cara black campaign. Dalam pilpres 2014 lalu diistilahkan dengan 'Pasukan Nasi Bungkus' atau Panasbung. Tak sulit menemukan tim ini, menjelang pilgub akan bermunculan seperti jamur di musim penghujan," ujar Budiana seperti dilansir Posmetro.
Ia tak bisa memungkiri bahwa media sosial telah menjadi lahan untuk membentuk opini publik yang menyesatkan.
"Opini publik tersebut dimainkan secara teratur oleh tim pasnabung dengan akun anonim yang berjumlah ribuan agar bisa membantu kampanye politik, opini publik yang diutarakan secara masif di media sosial akan menjadi trending topic, dan pasti akan dibaca oleh pengguna twitter dan Facebook di seluruh penjuru dunia," tambahnya.
Sugiyanto yang menjabat sebagai Ketua Umum Koalisi Rakyat Pemerhati Jakarta Baru menyebutkan bahwa pasukan Ahok di media sosial bertugas membully pihak yang berseberangan dengannya dan pada saat bersamaan membela calonnya.
"Adanya fenomena gerakan di media sosial untuk membela mati-matian Ahok. Pasukan semakin ngawur dikarenakan terkesan mendewakan manusia tanpa alasan yang logis. Komentar akun-akun palsu pembela Ahok di sosial media ibarat sampah virtual," ketusnya.
Sugiyanto memprediksikan bahwa Ahok hanya sebatas mimpi untuk bisa memenangkan Pilgub DKI pada 2017.
"Sekalipun ratusan hingga ribuan berita digoreng setiap hari, saya yakin tidak akan merubah keputusan warga Jakarta yang enggan dipimpin seorang Gubernur yang bersikap arogan. Sekalipun ribuan pasukan dunia maya bertugas 24 jam untuk memenangkan trending topic dan menyerang para pengkritik Ahok, tetap saja tidak akan berpengaruh ke massa riil," ujarnya. (mh)
Posting Komentar